Kedengarannya nggak masuk akal, apa hubungannya hidup damai sama facebook? bukankah ada facebook hidup juga bisa damai? bukankah facebook juga bisa jadi alat penyebar kedamaian?
Tenang dulu para jamah fesbukiyah, ini bukanlah ekspresi kebencian saya pada facebook atau hasutan untuk meninggalkan facebook. Tidak sama sekali! Saya menulis ini setelah mengalami apa yang saya sebut dengan “over facebooked”. Saya menjadi terlalu cinta dengan facebook, saya nggak bisa lepas dari facebook, dan saya nggak bisa membayangkan hidup tanpa facebook.
Kegilaan itu terus menjadi-jadi, sehingga saya melupakan segalanya. Blog nggak inget lagi, kerjaan berantakan, dan yang paling gawat adalah saya sudah nggak bisa membedakan antara internet dengan facebook. Di mata saya internet adalah facebook. Saya sudah nggak inget dengan namanya google, email, youtube apalagi FS. Beberapa kali saya juga bermimpi facebook-an. Sungguh situasi yang sangat genting untuk kondisi kejiwaan saya. Saat itu mungkin kalau tiba-tiba saya nggak bisa facebook-an lagi saya bisa mengalami stress.
He…he…just kidding pemirsa. Masa saya segila itu dengan mengorbankan waktu saya hanya untuk facebook. Saya juga terlalu bodoh kalau sampai melupakan blog hanya karena facebook. Saya masih waras dan saya tidak mau mengorbankan kewarasan saya ini.
Memang saya akui, sempat juga sih saya pernah terkena “pelet” dari facebook. Tapi untungnya saya segera menemukan obat penawarnya dan obat penawar itu sungguh mujarab. Mau tahu obat apa yang menyembuhkan penyakit saya? jawabannya adalah blog..
Dan sekarang saya bahagia dengan apa yang saya lakukan. Saya senang bisa berbagi cerita melalui blog. Dan saya juga senang sekarang bisa “melupakan” facebook.